Helm mereka bukan untuk melindungi kepala dari benturan ketika pesawat tertembak jatuh atau meledak di udara.

Masker oksigen dan alat komunikasi semuanya terpasang pada helm, bukan dibiarkan menggelantung tidak jelas yang bisa saja terlilit atau kusut ketika pesawat melakukan manuver ekstrem.

Bahkan saat ini fungsinya jauh lebih penting dari itu, ada yang dinamakan helmet-mounted displaySebagian informasi tentang pesawat bisa ditampilkan melalui helm, hal ini juga membuka akses pada fitur yang lebih canggih lagi seperti helmet-mounted cueing / targetting system.

Singkat cerita, fitur tersebut memungkinkan pilot untuk mengunci target hanya dengan melihatnya saja menggunakan mata. Selama mata pilot bisa melihat target dan target bisa terlihat oleh sistem dan sensor pesawat → maka pilot bisa menyerangnya. Kalau tidak ada helm, susah juga mau memasang fitur tersebut di mana.

Percaya atau tidak, tapi faktanya setiap pilot punya helm masing-masing yang tidak bisa saling tukar. Helm dibuat secara khusus untuk masing-masing pilot agar pas di kepala mereka, tidak goyang-goyang, tidak kendur, tidak terlalu kencang, pokoknya harus benar-benar fit di kepala.

Pokoknya tidak boleh ada cerita helm terasa kendur dan sedikit longgar hingga bisa bergeser ketika pilot melakukan manuver tajam. Kalau geser, sudut pandang pilot bisa berubah terutama ketika ingin menggunakan fitur cueing system tadi untuk mengunci target hanya dengan melihatnya.

Agak repot kalau setiap berbelok tajam lalu helm bergerak-gerak lalu pilot harus kalibrasi ulang. Kalibrasi sendiri tidak bisa cepat, harus benar-benar dipastikan di mana titik tengah dan titik nol agar apa yang dilihat pilot 100% sama dengan yang dilihat oleh sistem.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *